disclaimer : this article is written by SEO Article content writer for rickylionardi.com

 

Seorang komposer atau arranger Indonesia (Indonesian Composer) harus bisa berperan aktif dalam industri musik Indonesia atau bahkan global. Dengan begitu, mereka dapat berperan serta dalam memajukan perindustrian musik dalam negeri. Para komposer dan arranger mungkin bekerja sesuai hati mereka. Ada juga mungkin yang bekerja karena ada pesanan lagu dari seorang penyanyi atau pihak tertentu. Tidak ada masalah selama sang komposer dan arranger masih dapat berkreativitas. Mereka para pemesan tersebut juga sudah mengakui kehebatan sang komposer dalam menciptakan sebuah lagu. Namun, tiap komposer pasti mempunyai aliran musik atau genre yang berbeda-beda sesuai bakat dan minatnya.

Siapa itu komposer?

Beberapa orang yang awam tentang dunia musik mungkin kurang mengetahui tentang komposer. Dapat diartikan secara sederhana komposer adalah  seorang seorang pencipta lagu. Dalam arti, komposer yang menulis komposisi musik dalam format solo, duo, trio, kuartet, dan sebagainya. Biasanya, istilah komposer mengacu pada 2 jenis musik yang berkembang, yaitu mereka yang khusus menciptakan komposisi musik orkestra di Indonesia, dan yang kedua komposer yang berkarya di dunia industri musik populer. Kedua jenis komposer tersebut sangat berperan dalam kancah permusikan di Indonesia. Mungkin tanpa mereka, Industri musik dalam negeri tidak akan maju.

Beberapa komposer Indonesia yang berperan besar dalam perkembangan musik orkestra di Indonesia, antara lain Slamet Abdul Syukur, Amir Pasaribu, Otto Sidharta, Tony Prabowo, Gatot Danas Sulistyanto, dan lain sebagainya. Para komposer tersebut aktif dalam membuat instrumentalia musik orkestra, sehingga dapat selalu diperdengarkan kepada masyarakat Indonesia.

Seorang komposer dalam menciptakan komposisi musik tidak mengenal waktu dan tempat. Tidak seperti bekerja di kantor atau dengan target tertentu. Pasalnya, pekerjaan sebagai komposer sangat berkaitan erat dengan daya kreativitas yang dimiliki. Padahal untuk memunculkan kreativitas tersebut tidak setiap waktu dapat keluar. Oleh karena itu, seorang komposer Indonesia dapat bekerja di waktu dan tempat apa pun, tergantung kondisinya.

Peran serta komposer di industri musik populer

Mungkin berbeda dengan komposer yang bekerja sebagai pencipta lagu populer di Indonesia. Dilihat dari benefit atau keuntungan, komposer Indonesia  seperti itu lebih menguntungkan karena karya-karya dapat diperdengarkan setiap saat. Apalagi mereka yang sudah memiliki nama cukup terkenal di industri musik Indonesia. Pasti akan benyak menerima pesanan dari produser musik, penyanyi, atau group band untuk dibuatkan sebuah lagu untuk mereka.

Penghasilan yang didapat memang sangat menguntungkan karena dengan semakin banyaknya pesanan lagu yang datang, otomatis pundi-pundi uang akan semakin bertambah. Itulah realita industri musik bukan hanya di Indoensia tetapi di dunia. Namun demikian, minimal komposer tersebut telah menyemarakkan dan memajukan industri musik di tanah air. Tanpa komposer Indonesia dari berbagai aliran musik tersebut, industri musik Indonesia tidak akan maju.

Artikel SEO

FFB merupakan salah satu bentuk apresiasi di dunia perfilman oleh komunitas yang menamai dirinya Forum Film Bandung. Ajang penghargaan ini mulai digelar pada tahun 1987 dan diselenggarakan secara rutin sampai sekarang ini. Bahkan, ketika Film Indonesia tertidur pada tahun 90an dan Festival Film Indonesia tidak mengadakan acara penghargaan untuk insan perfilman, FFB masih tetap menyelenggarakan penghargaan dengan memilih Film Asing dan Film Televisi dari Asia maupun Barat.

Bila penghargaan lainnya memberikan penghargaan ‘Terbaik’, maka FFB menghadiahkan gelar ‘Terpuji’. Selain itu, ada juga Pemenang Ganda yaitu memenangkan lebih  dari satu penghargaan. Pada tahun 2014 ini, FFB dtelah digelar pada tanggal 13 September 2014 kemarin. Ajang tersebut merupakan FFB yang ke-27. Ajang tersebut telah sukses diselenggarakan di Monumen Perjuangan Rakyat, Bandung, Jawa Barat.

Dalam ajang tersebut total terdapat 11 penghargaan di kategori film, 5 untuk film televisi atau FTV, dan 3 untuk sinetron. Pada Festival Film Bandung 2014 kali ini, ada sejumlah penghargaan yang dianugerahkan untuk lebih dari 1 orang. Selain itu, pihak panitia juga memberi Lifetime Achievement Award untuk Rima Melati dan Putu Wijaya. Acara yang dimeriahkan oleh Andhika Pratama, Prilly Latuconsina, dan Aliando Syarief tersebut juga semakin semarak dengan kedatangan sejumlah penyanyi seperti Gita Gutawa. Judika, dan Cherrybelle. Berikut ini adalah daftar peraih penghargaan FFB 2014 untuk kategori film.

–          Film Terpuji: Soekarno

–          Pemeran Utama Pria Terpuji:

  1. Herjunot Ali ( Tenggelamnya Kapal Van der Wijk)
  2. Ikranagara (Sang Kiai)

–          Pemeran Utama Wanita Terpuji diraih Pevita Pearce (Tenggelamnya Kapal Van der Wijk)

–          Pemeran Pembantu Wanita Terpuji diraih Meriam Bellina (Slank Nggak Ada Matinya)

–          Pemeran Pembantu Pria Terpuji diraih Tahta Ginting (Soekarno)

–          Penulis Skenario Terpuji diraih Oka Aurora (Sokola Rimba)

–          Sutradara Terpuji diraih Hanung Bramantyo (Soekarno)

–          Penata Kamera Terpuji dirah Yadi Sugandi (Adriana)

–          Editor Terpuji diraih Bounty Umbara (Comic 8)

–          Penata Musik Terpuji diraih Andhika Triyadi (Edensor)

–          Penata Artistik Terpuji dirah Frans XR Paat (Sang Kiai)

Nominasi Serial Sinetron 2014:

–          Sinetron Serial Terpuji:

  1. Hanya Tuhanlah yang Tahu
  2. Mak Ijah Pengen ke Mekah

–          Pemeran Sinetron Pria Terpuji:

  1. Vino G Bastian (Hanya Tuhanlah yang Tahu)
  2. Kevin Julio (Bidadari – Bidadari Surga)

–          Pemerian Sinetron Serial Wanita Terpuji

  1. Aty Cancer (Emak Ijah Pengen ke Mekah)
  2. Ratu Tika Bravani (Bidadari – Bidadari Surga)

Nominasi Film Televisi (FTV) 2014:

–          Film Televisi (FTV) Terpuji diraih film Manusia Gerobak

–          Pemeran Pria FTV Terpuji diraih Epy Koesnandar dalam film Manusia Gerobak

–          Pemeran Wanita FTV Terpuji:

  1. Yuki Kato (Akankah Bunda Datang ke Pernikahanku)
  2. Putri Anne (3 Butir Korma)

–          Sutradara Film Televisi (FTV) Terpuji diraih Deddy Setiady dalam film Manusia Gerobak

–          Penulis Skenario FTV Terpuji diraih Ifan Ismail dalam film 3 Butir Korma

 

5

Indonesian Movie Awards 2014 Berikan Penghargaan Untuk Terbaik dan Terfavorit

Indonesian Movie Awards atau yang sering disingkat dengan IMA merupakan penghagraan untuk insan perfilman Indonesia. Penghargaan ini dimulai tahun 2007 dan berlangsung secara rutin sampai sekarang. Sebenarnya latar belakang kemunculan penghargaan ini adalah sebagai wujud ketidak puasan dari ajang Festival Film Indonesia 2006 yang hasilnya mengecewakan. Tetapi IMA tidak dibuat untuk menyaingi FFI. Kehadiran IMA untuk memberi apreasi bagi pemeran film terbaik karena prestasi dan bakr mereka

IMA selalu hadir setiap tahunnya dengan format yang baru dan tidak sama dengan FFI. Bila pada FFI penghargaan yang diberikan adalah Piala Citra maka pada IMA piala penghargaannya adalah Piala Layar Emas. Pada ajang ini, pemenang dibagi menjadi Terbaik dan Terfavorit. Untuk kategori pemenang Terbaik dipilih langsung oleh dewan juri. Sementara itu kategori pemenang Terfavorit dipilih langsung oleh masyarakat.

Di tahun 2014 ini, ajang IMA 2014 telah digelar pada bulan Mei kemarin tepatnya tanggal 14 Mei 2014 di Studio 8 RCTI di Kebon Jeruk, Jakarta. Juri yang ikut serta dalam ajang tersebut meliputi Leila S. Chudori, Didi Petet, Salman Aristo, Aditya Gumay, dan Alex Komang. Ada banyak aktris dan aktor yang diunggulkan menjadi pemenang. Sejumlah aktris dan aktor sukses membawa pulang piala layar emas dari ajang bergengsi ini. Dewan juri memilih Lukman Sardi sebagai pemeran pendukung pria terbaik melalui film berjudul Soekarno. Sementara itu, pemeran pendukung wanita terbaik berhasil diraih oleh Maudy Koesnadi dari film yang sama yaitu Soekarno.

Dalam ajang tersebut Ayushita berhasil terpilih menjadi pemeran utama wanita terbaik. Sementara itu, Prisia dinobatkan sebagai pemeran utama wanita yang terfavorit yaitu dipilih berdasarkan polling sms dari masyarakat. Aktor terbaik sukses diraih Joe Taslim melalui perannya dalam film Indonesia berjudul La Tahzan. Selain itu, IMA juga memberi penghargaan khusus untuk aktor Rahmat Hidayat. Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah daftar lengkapnya.

Kategori Terbaik:

–          Pemeran Utama Pria diraih Joe Taslim (La Tahzan

–          Pemeran Utama Wanita diraih Ayushita

–          Pemeran Pendukung Pria Terbaik diraih Lukman Sardi

–          Pemeran Pendukung Wanita Terbaik diraih Maudy Koesnaedy

–          Pendatang Baru Pria Terbaik diraih Zendy Zaen (Hari Ini Pasti Menang)

–          Pendatang Baru Wanita Terbaik diraih Karina Salim

–          Pemeran Anak – Anak Terbaik: Nang Kabau (Sokola Rimba)

Kategori Terfavorit

–          Pemeran Utama Pria diraih Vino G. Bastian dalam film Cinta/Mati

–          Pemeran Utama Wanita diraih Prisia Nasution dalam film Sokola Ruimba

–          Pendatang Baru Wanita diraih Iranty Purnamasari dalam film Hasduk Berpola

–          Pendatang Baru Pria diraih Zendhy Zaen dalam film Hari Ini Pasti Menang

–          Film Terfavorit: Cinta/Mati

–          Soundtrack Terfavorit : lagu berjudul Pelangi dan Mimpi dari Cowboy Junior dalam Film Laskar Pelangi 2 Endensor

–          Lifetime Achievement diberikan kepada Rahmat Hidayat

Artikel SEO

disclaimer : this article is written by SEO Article content writer for rickylionardi.com

Ajang Piala Maya telah digelar di tahun 2014 ini. Ajang penghargaan film pada tahun 2014 ini adalah gelaran untuk yang ketiga kalinya. Pihak penyelenggara bekerjasama dengan KINERIA.com dan SAE Institute, sebuah kanal  media baru yang berkomitmen untuk menyuguhkan tontonan alternatif lewat dunia maya.

Open Submission pada ajang 2014 untuk Kompetisi Umum terdiri dari 5 kategori untuk film nasional meliputi, Film Dokumenter, Film Pendek, Film Daerah, Film Animasi, dan Penulisan Kritik Film. Pendaftaran telah dilakukan  mulai tanggal 17 Agustus 2014 sampai 10 November 2014 kemarin. Ketentuan dan sistem pendafatran Kineria.com ditentukan dalam acara gathering pada 23 Agustus lalu.

Para peserta yang ingin mengikuti kompetisi tersebut wajib terlebih dulu mengisi formulir pendaftaran online yang disediakan di KINERIA.com secara jelas dan lengkap. Pendaftaran lebih lanjut, dokumen – dokumen, DVD, dan korespondensi ditujukan langsung ke sekretariat penyelengagra di Jln Jenderal Gatot Subroto, Jakarta.

Dalam ajang tahun 2014 ini, Piala Maya mengangkat tema “Cinta, Cita, Cipta”. Ajang tahun ini juga berbeda dengan tahun sebelumnya karena mereka akan berkolaborasi dengan 200 Komite Pemilih yang akan memilih siapa saja peraih penghargaan di tahun 2014 ini. Komite tersebut terdiri dari sejumlah kalangan profesi yang memiliki semangat yang sama yakni mencintai film Indonesia. Profesi dari komite pemilih antara lain adalah Jurnalis Film, Sineas, Musisi, Praktisi Periklanan, Akademisi, Kritikus Film, Penyiar Radio, Blogger, Movie Reviewer, Ilustrator, Fashion Designer, Penulis, Perwakilan Komunitas Film, Pelaku Seni, Mahasiswa Perfilman, dan masih banyak lagi.

Kategori yang di vote oleh Komite Pemilih meliputi

–          Film Bioskop Terpilih

–          Sutradara Terpilih

–          Film Pendek Terpilih

–          Aktor Utama Terpilih

–          Aktris Utama Terpilih

–          Aktris Peran Pendukung Terpilih

–          Aktor Peran Pendukung Terpilih

–          Tata Kamera Terpilih

–          Skenario Asli & Adaptasi Terpilih

–          Penata Artistik Terpilih

–          Penyuntingan Gambar Terpilih

–          Penata Suara Terpilih

–          Penata Musik Terpilih

–          Tata Rias Wajah dan Rambut Terpilih

–          Tata Kostum Terpilih

–          Desain Poster Terpilih

–          Efek Khusus Terpilih

–          Pemain Pendatang Baru Terpilih

–          Lagu Tema Terpilih

–          Pemain Cilik Terpilih

–          Film Animasi Terpilih

–          Film Dokumenter Terpilih

–          Film Daerah Terpilih

–          Segmen Film Omnibus Terpilih

–          Penulisan Kritik Film Terpilih

–          Aktris Omnibus Terpilih

–          Aktor Omnibus Terpilih

–          Beberapa mention special akan diumumkan dalam acara puncak

Para peraih Piala Maya untuk setiap kategori akan diumumkan dalam acara malam penganugerahan yang diselenggarakan pada tanggal 20 Desember mendatang, bersama dengan pengumuman pemenang untuk kategori film Bioskop. Dalam acara gathering 2014 pada Agustus kemarin, juga ditayangkan beberapa film yang memenangkan penghargaan tahun 2013 seperti Dino (Film Pendek Terpilih), 400 Words (Film Dokumenter Terpilih, Sang Suporter (Film Animasi Pendek Terpilih), dan Lawuh Boled karya Mistratun yang dinobatkan sebagai Sutradara Muda Berbakat Terpilih.

Artikel SEO

disclaimer : this article is written by SEO Article content writer for rickylionardi.com

Ajang penghargaan bergengsi insan film yaitu Festival Film Indonesia 2014 dianggap melakukan banyak terobosan baru dalam rangka menghasilkan karya – karya terbaik. Piala Citra yang merupakan lambang supremasi tertinggi dalam perfilman Indonesia kembali pada bentuknya yang semula. Sebelumnya, piala tersebut memang pernah mengalami perubahan bentuk pada FFI yang digelar pada tahun 2008. Padahal, desain piala itu sebelumnya menggunakan konsep rancangan dari seniman Sidharta.

Dalam penyelenggaraan FFI tahun 2014 yang akan digelar di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 6 Desember mendatang, , pihak panitia FFI memutuskan mengembalikan bentuk piala penghargaan seperti saat pertama kali. Keputusan ini berdasarkan permintaan banyak insan di dunia perfilman sehingga bentuk piala tersebut dikembalikan ke bentuknya yang semula. Selain itu, piala tersebut juga telah dimodifikasi ulang oleh seorang seniman bernama Dolorosa Sinaga.

Selain itu, konsep acara yang akan digunakan pada FFI 2014 juga tidak akan sama dengan FFI tahun – tahun sebelumnya. Mengusung tema bertajuk ‘Bangga Film Indonesia’, FFI berniat untuk mengembalikan kejayaan film nasional. Dengan mengembalikan piala sesuai dengan bentuknya dan juga semangat perubahan, semua tentu akan mengubah konsep acara FFI. Di tahun 2014 ini, acara FFI juga akan lebih  semarak karena akan diramaikan oleh banyak aktris dan aktor.

Dalam ajang FFI 2014, proses penjurian juga mengalami perubahan, terutama untul film layar lebar. Bahkan penjurian tersebut jug melibatkan akuntan publik independen. Nantinya hasil penilaian dari dewan juri dikirimkan untuk direkapitulasi ke Deloitte, sebuah akuntan publik indenpen yang termasuk salah satu perusahaan akuntan terbesar di dunia. Dengan sistem seperti ini, tingkat objektivitas dna kredibilitas dari hasil penilaian akan lebih terjaga. Tidak hanya itu, dengan melibatkan semakin banyak orang, akseptabilitas FFI juga akan semakin meningkat.

Total dewan juri untuk film bioskop adalah 100 orang. Sementara itu untuk film televisi, film pendek, dan film dokumenter, dewan jurinya masing – masing adalah 5 orang. Beberapa dewan juri yang diikutsertakan berasal dari berbagai elemen masyarakat mulai dari tokoh, budayawan, psikolog, seniman, kalangan intelektual, dan tentunya insan film. Orang – orang tersebut di antaranya adalah Seno Gumira Ajidarma, Niniek L Karim, Reza Rahardian. Widyawati, Irwan Usmar Ismail, dan masih banyak lagi.

Pendaftarkan peserta sudah mulai sejak tanggal 1 Oktober 2014 kemarin dan ditutu[ pada tanggal 30 Oktober 2014. Sejauh ini setidaknya ada 25  judul film yang telah terdaftar  untuk ajang Festival Film Indonesia 2014. Para juri yang telah ditunjuk akan memberikan penilaian untuk semua film yang sudah masuk ke meja panitia. Dewan juri mendapat kesempatan untuk melakukan penilaian di rumah mereka masing – masing dengan menggandakan CD film para peserta. Tetapi untuk film yang baru akan ditonton bersama – sama.

Artikel SEO

disclaimer : this article is written by SEO Article content writer for rickylionardi.com

Festival Film Indonesia atau yang sering disingkat dengan FFI adalah ajang penghargaan paling bergengsi di kancah perfilman di tanah air. Ajang penghargaan ini diselenggarakan pertama kali pada 1955 silam dan berlanjut di btahun 1960 dan juga 1967 yang saat itu bukan disebut sebagai FFI melainkan Pekan Apresiasi Film Nasional. Selanjutya sejak tahun 1973, ajang pemberian penghargaan ini mulai diselenggarakan secara rutin setiap tahunnya.

Sejak penyelenggaraan FFI di tahun 1979, sistem nominasi atau unggulan mulai diberlakukan. Sebenarnya pada tahun 1992 FFI sempat terhenti bahkan cukup lama. FFI baru mulai diselenggarakan lagi pada tahun 2004. Di dalam perkembangannya, dalam ajang ini juga diberikan Piala Vidia bagi film televisi.

Perubahan juga terjadi di tahun 1966 di mana saat itu mulai diberikan Piala Citra untuk para pemenang penghargaan. Piala yang digunakan sampai ajang FFI tahun 2007 adalah hasil karya dari seniman patung Sidharta. FFI yang awalnya digelar oleh YFI (Yayasan Film Indonesia) selanjutnya diambil alih penyelenggaraannya oleh pemerintah. Pada tahun 1979, piala penghargaan disahkan oleh Menteri Penerangan yang menjabat pada saat itu yakni Ali Murtopo.

Istilah Citra sendiri memiliki arti ‘image atau ‘bayangan’. Mulanya ini merupakan sajak yang dibuat oleh Usmar Ismail. Kemudian sajak ini dijadikan sebagai sebuah lagu oleh Cornel Simanjutak. Selanjutnya Usmar Ismail juga mejadikan sajak buatannya itu menjadi sebuah film. Di dalam tradisi FFI, akhirnya Citra dijadikan sebagai nama piala sebagai bentuk supremasi prestasi tertinggi di bidang perfilman.

Sebelumnya sudah ada beberapa nama yang diajukan untuk nama Piala tersebut selain Citra yaitu:

–          Mayarupa (bayangan yang terwujudkan)

–          Wijacipta (kreasi besar)

–          Wijayandaru (cahaya kemenangan)

–          Kumara (cahaya badan)

–          Prabangkara (nama ahli sungging dari Majapahit)

–          Mpu Kanwa (nama seorang sastrawan terkenal dari Majapahit)

Pada ajang FFI tahun 2008 Piala Citra yang digunakan sudah berganti bentuk dari sebelumnya. Beberapa seniman seni patung dan seni rupa bekerja membuat desain piala dengan cara memodifikasi desain piala sebelumnya. Para seniman tersebut adalah Drs. H. Dan Hisman Kartakusumah, Bambang Noorcahyo, S.Sn, Indros Sungkowo,  Drs. Yusuf Affendi MA, dan Heru S. Sudjarwo, S.Sn selaku koordinator. Rancangan piala yang baru tersebut akan menjadi simbol untuk semangat baru dalam penyelengaraan FFI.

Di tahun 2006, FFI mengumumkan bahwa film Ekskul merupakan film terbaik dengan hasil tiga piala dalam Festival Film Indonesia tahun 2006. Ini menyebabkan reaksi penolakan dari semua sineas film yang sudah pernah mendapatkan penghargaan. Sebagai wujud aksi protes, mereka pun mengembalikan semua penghargaan mereka karena film tersebut dianggap tidak layak menjadi film terbaik karena ada unsur melanggar hak cipta dan plagiat. Mereka menggunakan ilustrasi musik dari sejumlah film luar negeri seperti Gladiator, Munich, dan Taegukgi. Akhirnya penghargaan itu pun dibatalkan.